Register


ShoutMix chat widget

Halaman

Kamis, 23 Februari 2012

Yang Tercecer dari Kasus ''Pratima'' 10 Tahun Polisi Tak Berkutik

Kasus pencurian pratima di Bali mulai menemui titik terang, berkat prestasi gemilang jajaran Polres Badung. Sudah 10 tahun polisi tak berkutik alias ''keok'' menghadapi ulah maling yang membobol sekitar seratus pura di Bali. Empat Kapolda Bali sebelum kehadiran Irjen Hadiatmoko, juga dibuat tak berdaya. Hal yang menggelitik, ketika penadah Roberto Gamba ditangkap, justru terjadi saling klaim prestasi. Mampukah Polri membongkar sindikat pencurian pratima?




KERESAHAN warga Bali terhadap gerakan garong yang menyasar pura, sejatinya sudah mengemuka sejak 10 tahun silam. Tempat suci umat Hindu yang dibobol maling terdapat di semua kabupaten. Laporan pihak pengempon pura pun masuk ke meja seluruh Kapolres, Kapoltabes, dan Kapolda Bali. Toh begitu, polisi hanya bisa menjawab dengan kata klise, ''Pelaku masih kami kejar.'' Jika ada satu dua pencuri yang ditangkap, ternyata baru kelas ecek-ecek alias maling tingkat pemulung. Artinya, polisi tak ubahnya ibarat bebotoh kalah menyikapi kelicikan penadah benda-benda sakral.

Kecerdasan Ketua Tim Investigasi Bom Bali Irjen Pol. Mangku Pastika membongkar jaringan teroris (tahun 2002), memang mendapat pengakuan dunia. Toh begitu, jenderal yang kini menjabat Gubernur Bali itu tak mampu menunjukkan prestasi membanggakan saat mengejar komplotan pembobol pura. Pada era kepemimpinan Kapolda Mangku Pastika (2002-2004), kasus pencurian pratima tetap terjadi. Upaya polisi menangkap pembobol pura minim hasil. Setidaknya, lebih dari 30 pura digasak garong selama Irjen Pastika memegang tongkat komando Polda Bali. Bisa diterka, berapa Kapolres ''kabinet'' Mangku Pastika juga dibuat tak berkutik. Krama Bali pasrah, dan berharap ada polisi cerdas yang mampu membongkar sindikat jaringan pembobol pura.

Prestasi Irjen Sunarko Danu Ardanto, Irjen Paulus Purwoko, Irjen T. Ashikin, dan Irjen Sutisna (2004-2010) juga tak ada peningkatan. Empat Kapolda pascakepemimpinan Irjen Pastika itu gagal membongkar bisnis pratima yang ternyata melibatkan warga Italia, Roberto Gamba (50) dan kalangan penadah lokal. Artinya, polisi keok menghadapi aksi kejahatan yang menyasar tempat suci di Bali. Sekadar untuk menutupi ''kekalahan'', pimpinan satker pasti menjawab singkat, ''Anggota masih terus mengejar maling yang membawa kabur pratima!''

Kasus pembobolan pura meningkat tajam memasuki dekade 2010. Catat misalnya, pada era 2009 saja terjadi 23 kasus, masing-masing di Badung 11 kasus, disusul Gianyar (10), dan Denpasar (2). Rentang waktu Januari-Agustus 2010, krama Bali diusik oleh 16 kasus pencurian benda sakral. Gianyar menempati urutan pertama (8 kasus), disusul Karangasem (4), Tabanan (2), Denpasar (2), Badung (1), dan Klungkung (1). Data ini laporan resmi yang diterima pihak Polri, belum lagi kasus lain yang tercecer. Hebat! Roberto Gamba telah membuat lima Kapolda Bali puyeng.

Kapolda Irjen Hadiatmoko memang pantas memuji prestasi Kapolres Badung AKP Dwi Suseno dan memberi atensi atas kerja keras Kapolres Gianyar AKBP Nurwakhid. Sejak kasus pencurian pratima mencuat, Polres Gianyar sudah enam kali mengalami pergantian pimpinan. Catat misalnya, dari AKBP Dewa Anom, menyusul AKBP Alit Widana, AKBP Dedi Dheadarma, AKBP Sukasena, dan AKBP Suardana. Polres Badung sebelum dikendalikan AKBP Dwi Suseno, kamtibmas di kabupaten wilayah kaya itu berada di pundak AKBP Sujarwa, AKBP Abdul Latief, dan AKBP Subarkah. Sementara Poltabes Denpasar dipimpin Kombes Komang Udayana, disusul Kombes Dewa Parsana, Kombes Ari Dono, Kombes Yovianes Mahar, dan Kombes Alit Widana. Fakta di lapangan, lima Kapolres Gianyar terdahulu, tiga Kapolres Badung, dan lima Kapoltabes juga tak mampu berbuat banyak dalam menangani kasus pencurian pratima. Akan menjadi wajar, jika ada krama Bali yang bertanya, ''Apakah lantaran tak ada dukungan dana dari pengempon pura, polisi terkesan menyerah menghadapi aksi garong yang membobol pura?''



Jejak Roberto

Bertahun-tahun dikejar polisi, dan diduga hampir seratus pura menjadi korban, jejak Roberto belum juga terlacak. Turis berkebangsaan Italia itu santai saja mengumpulkan benda-benda sakral, memanfaatkan jasa penadah lokal seperti Oka Sukaya dan IG Sidemen. Doa krama Bali baru terwujud, manakala pasukan Reskrim Polres Badung yang dikendalikan AKP Ketut Soma Adnyana, S.H. sukses membongkar bisnis barang antik (pratima) yang dibangun Roberto. Dua penadah juga diringkus dan ratusan pratima diamankan polisi sebelum dilimpahkan ke Polres Gianyar.

Tentu, pujian Kapolda Bali terhadap prestasi Polres Badung memang tak berlebihan. Pasalnya, kasus pencurian pratima yang sudah berlangsung sejak 10 tahun silam, akhirnya terbongkar berkat kecerdasan pasukan Kapolres AKBP Suseno.

Masyarakat Bali juga wajar menyebut nama AKP Ketut Soma Adnyana yang pantas dapat penghargaan. Alasannya, keresahan krama Bali terhadap pratima yang hilang hampir terjawab tuntas berkat kecerdasan perwira asal Abiansemal, Badung itu. ''Jangan terlalu dibesar-besarkan. Apa yang saya lakukan adalah ibadah dan tanggung jawab moral,'' kata Soma Adnyana merendah.

Soma Adnyana tak hanya sukses menghentikan Roberto mendapat benda sakral. Kasus perampokan puluhan vila, pembobolan bank, dan aksi kekerasan komplotan maling bercadar yang didalangi oknum TNI juga tuntas di meja hijau. Prestasi yang dia tunjukkan, bukan lahir sesaat atau kebetulan. Lihat perjalanannya di dunia kriminal. Berpengalaman luas di lapangan, bahkan lebih dari 15 tahun. Selain punya file kelompok garong yang mengganggu Bali, AKP Soma juga punya ''nyali'' menjalankan tugas berisiko tinggi. Buktinya, tahun 2002, dia hampir kehilangan tangan kiri saat mengejar gembong perampok ke Lombok Tengah. Begitu berhasil meringkus pembobol 21 vila di Bali, Soma Adnyana justru disempal perampok dengan parang. (jep)

sumber : http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=10&id=41603

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More