Kasus pencurian pratima di Bali mulai menemui titik terang, berkat
prestasi gemilang jajaran Polres Badung. Sudah 10 tahun polisi tak
berkutik alias ''keok'' menghadapi ulah maling yang membobol sekitar
seratus pura di Bali. Empat Kapolda Bali sebelum kehadiran Irjen
Hadiatmoko, juga dibuat tak berdaya. Hal yang menggelitik, ketika
penadah Roberto Gamba ditangkap, justru terjadi saling klaim prestasi.
Mampukah Polri membongkar sindikat pencurian pratima?
KERESAHAN warga Bali terhadap gerakan garong yang menyasar pura,
sejatinya sudah mengemuka sejak 10 tahun silam. Tempat suci umat Hindu
yang dibobol maling terdapat di semua kabupaten. Laporan pihak pengempon
pura pun masuk ke meja seluruh Kapolres, Kapoltabes, dan Kapolda Bali.
Toh begitu, polisi hanya bisa menjawab dengan kata klise, ''Pelaku masih
kami kejar.'' Jika ada satu dua pencuri yang ditangkap, ternyata baru
kelas ecek-ecek alias maling tingkat pemulung. Artinya, polisi tak
ubahnya ibarat bebotoh kalah menyikapi kelicikan penadah benda-benda
sakral.
Kecerdasan Ketua Tim Investigasi Bom Bali Irjen Pol. Mangku Pastika
membongkar jaringan teroris (tahun 2002), memang mendapat pengakuan
dunia. Toh begitu, jenderal yang kini menjabat Gubernur Bali itu tak
mampu menunjukkan prestasi membanggakan saat mengejar komplotan pembobol
pura. Pada era kepemimpinan Kapolda Mangku Pastika (2002-2004), kasus
pencurian pratima tetap terjadi. Upaya polisi menangkap pembobol pura
minim hasil. Setidaknya, lebih dari 30 pura digasak garong selama Irjen
Pastika memegang tongkat komando Polda Bali. Bisa diterka, berapa
Kapolres ''kabinet'' Mangku Pastika juga dibuat tak berkutik. Krama Bali
pasrah, dan berharap ada polisi cerdas yang mampu membongkar sindikat
jaringan pembobol pura.
Prestasi Irjen Sunarko Danu Ardanto, Irjen Paulus Purwoko, Irjen T.
Ashikin, dan Irjen Sutisna (2004-2010) juga tak ada peningkatan. Empat
Kapolda pascakepemimpinan Irjen Pastika itu gagal membongkar bisnis
pratima yang ternyata melibatkan warga Italia, Roberto Gamba (50) dan
kalangan penadah lokal. Artinya, polisi keok menghadapi aksi kejahatan
yang menyasar tempat suci di Bali. Sekadar untuk menutupi ''kekalahan'',
pimpinan satker pasti menjawab singkat, ''Anggota masih terus mengejar
maling yang membawa kabur pratima!''
Kasus pembobolan pura meningkat tajam memasuki dekade 2010. Catat
misalnya, pada era 2009 saja terjadi 23 kasus, masing-masing di Badung
11 kasus, disusul Gianyar (10), dan Denpasar (2). Rentang waktu
Januari-Agustus 2010, krama Bali diusik oleh 16 kasus pencurian benda
sakral. Gianyar menempati urutan pertama (8 kasus), disusul Karangasem
(4), Tabanan (2), Denpasar (2), Badung (1), dan Klungkung (1). Data ini
laporan resmi yang diterima pihak Polri, belum lagi kasus lain yang
tercecer. Hebat! Roberto Gamba telah membuat lima Kapolda Bali puyeng.
Kapolda Irjen Hadiatmoko memang pantas memuji prestasi Kapolres Badung
AKP Dwi Suseno dan memberi atensi atas kerja keras Kapolres Gianyar AKBP
Nurwakhid. Sejak kasus pencurian pratima mencuat, Polres Gianyar sudah
enam kali mengalami pergantian pimpinan. Catat misalnya, dari AKBP Dewa
Anom, menyusul AKBP Alit Widana, AKBP Dedi Dheadarma, AKBP Sukasena, dan
AKBP Suardana. Polres Badung sebelum dikendalikan AKBP Dwi Suseno,
kamtibmas di kabupaten wilayah kaya itu berada di pundak AKBP Sujarwa,
AKBP Abdul Latief, dan AKBP Subarkah. Sementara Poltabes Denpasar
dipimpin Kombes Komang Udayana, disusul Kombes Dewa Parsana, Kombes Ari
Dono, Kombes Yovianes Mahar, dan Kombes Alit Widana. Fakta di lapangan,
lima Kapolres Gianyar terdahulu, tiga Kapolres Badung, dan lima
Kapoltabes juga tak mampu berbuat banyak dalam menangani kasus pencurian
pratima. Akan menjadi wajar, jika ada krama Bali yang bertanya,
''Apakah lantaran tak ada dukungan dana dari pengempon pura, polisi
terkesan menyerah menghadapi aksi garong yang membobol pura?''
Jejak Roberto
Bertahun-tahun dikejar polisi, dan diduga hampir seratus pura menjadi
korban, jejak Roberto belum juga terlacak. Turis berkebangsaan Italia
itu santai saja mengumpulkan benda-benda sakral, memanfaatkan jasa
penadah lokal seperti Oka Sukaya dan IG Sidemen. Doa krama Bali baru
terwujud, manakala pasukan Reskrim Polres Badung yang dikendalikan AKP
Ketut Soma Adnyana, S.H. sukses membongkar bisnis barang antik (pratima)
yang dibangun Roberto. Dua penadah juga diringkus dan ratusan pratima
diamankan polisi sebelum dilimpahkan ke Polres Gianyar.
Tentu, pujian Kapolda Bali terhadap prestasi Polres Badung memang tak
berlebihan. Pasalnya, kasus pencurian pratima yang sudah berlangsung
sejak 10 tahun silam, akhirnya terbongkar berkat kecerdasan pasukan
Kapolres AKBP Suseno.
Masyarakat Bali juga wajar menyebut nama AKP Ketut Soma Adnyana yang
pantas dapat penghargaan. Alasannya, keresahan krama Bali terhadap
pratima yang hilang hampir terjawab tuntas berkat kecerdasan perwira
asal Abiansemal, Badung itu. ''Jangan terlalu dibesar-besarkan. Apa yang
saya lakukan adalah ibadah dan tanggung jawab moral,'' kata Soma
Adnyana merendah.
Soma Adnyana tak hanya sukses menghentikan Roberto mendapat benda
sakral. Kasus perampokan puluhan vila, pembobolan bank, dan aksi
kekerasan komplotan maling bercadar yang didalangi oknum TNI juga tuntas
di meja hijau. Prestasi yang dia tunjukkan, bukan lahir sesaat atau
kebetulan. Lihat perjalanannya di dunia kriminal. Berpengalaman luas di
lapangan, bahkan lebih dari 15 tahun. Selain punya file kelompok garong
yang mengganggu Bali, AKP Soma juga punya ''nyali'' menjalankan tugas
berisiko tinggi. Buktinya, tahun 2002, dia hampir kehilangan tangan kiri
saat mengejar gembong perampok ke Lombok Tengah. Begitu berhasil
meringkus pembobol 21 vila di Bali, Soma Adnyana justru disempal
perampok dengan parang. (jep)
sumber : http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=10&id=41603